Tag Archives: rempah rumah karya

Berarsitektur hijau dengan lokalitas: belajar dari rempah rumah karya

Rempah rumah karya

Berarsitektur dengan konsep ‘hijau’ kini sudah bukan lagi sekedar trend, namun telah menjadi kewajiban moral bagi setiap arsitek. Apa sih yang ada di benak saat mendengar kata ‘arsitektur hijau’—atau yang biasa juga diistilahkan ‘arsitektur berkelanjutan’—atau lebih kerennya ‘sustainable architecture’?? Tentunya konsep arsitektur hijau tidaklah sesederhana memberikan warna hijau pada dinding bangunan yang kita rancang atau menambahkannya dengan sentuhan tanaman di sana-sini.

Berbagai definisi arsitektur hijau bisa kita dapati dari diktat-diktat kuliah di perpustakaan. Menurut saya konsep arsitektur hijau adalah bagaimana sebuah bangunan yang kita rancang dapat berdiri dan menghidupi dirinya tanpa membawa dampak buruk yang merugikan lingkungan sekitar. Definisi yang masih sangat luas memang, dapat didekati dari berbagai perspektif.

Ketika murid-murid saya semester kemarin ditanya tentang arsitektur hijau, mereka bilang, “Arsitektur hemat energi Bu, yang memanfaatkan sumber daya alam.” “Menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami”. “Menggunakan panel surya untuk mengubah energi panas matahari menjadi listrik.” “Menggunakan material alami Bu.” …. Dan lain-lain dan lain-lain..

Ya.. ya… kalian semua benar, tidak salah. Arsitektur hijau memang identik dengan hemat energi. Penggunaan panel surya memang efektif untuk mengakomodasi penggunaan listrik dalam bangunan tanpa perlu terlalu bergantung pada lingkungan. Tapi berapa biayanya? Sanggupkah ditanggung masyarakat kita saat ini? Itukah yang disebut hemat?

Penggunaan material-material alami, mengurangi finishing bangunan dengan bahan kimia yang membahayakan lingkungan. Ide yang bagus. Tapi tunggu dulu, material alami jenis apa yang digunakan? Kayu kah? Bambu? Batu-bata ramah lingkungan? atau apa? Dari mana didatangkan? Sejauh apa mendatangkannya? Berapa besar emisi CO2 yang dikeluarkan oleh kendaraan pengangkut material-material tersebut—yang nantinya akan berkontribusi dalam pencemaran udara? Inikah yang disebut ‘hijau’?

Penggunaan material-material bekas. Hmm.. solusi yang menarik. Menggunakan kembali bahan-bahan yang tak terpakai lagi. Mengurangi sampah lingkungan. Sejauh ini material bekas yang menjadi ‘favorit’ adalah bantalan rel kereta, pecahan keramik bekas, juga botol bekas minuman.  Material bekas cenderung lebih banyak digunakan sebagai material non struktural. Sekedar penambah nilai estetika. Masih jarang yang menggunakan bahan bekas sebagai material struktural. Sehingga secara komposisi penggunaan apabila dibandingkan dengan material baru, prosentasenya masih kalah jauh. Pemilihan material bekas yang digunakan sebaiknya juga memilih dari apa yang ada di sekitar kita saja. Penggunaan material bekas yang harus dibeli dengan harga cukup mahal atau didatangkan dari tempat yang jauh—misalnya bantalan rel kereta api, dikhawatirkan akan memakan energi lebih yang justru akan mengurangi prinsip-prinsip dari konsep ‘green‘ itu sendiri. Tidak mudah memang, namun dengan kemauan dan kreatifitas, tidak ada yang tidak mungkin untuk diwujudkan.

Rumah Rempah karya, karya Paulus Mintarga menjawab tantangan tersebut. Paulus Mintarga dengan cerdas memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitarnya. Kayu bekas, kaca bekas, besi, kaleng, bahkan plat nomor kendaraan bekas semuanya ia gunakan sesuai dengan sifatnya. Eksperimen inovatif dari Paulus Mintarga ini akhirnya menghasilkan sebuah karya artistik—rumah rempah karya yang 90% materialnya terbuat dari barang bekas. Dan karena materialnya sebagian besar berasal dari sampah yang tidak dibeli, pengerjaan bangunan inipun tidak menghabiskan biaya yang besar (blackexperience.com).

Mendengarkan material berbicara, itulah konsep perancangan rempah rumah karya.

Dalam menentukan desain dan bentukan bangunannya, Paulus melihat material-material apa yang ia miliki—jenisnya, sifatnya, bentuknya, teksturnya, juga ukurannya, dan membiarkan material-material tersebut sendiri yang menentukan desain bangunannya—dengan kelebihan dan keterbatasan kondisi mereka. Sungguh proses yang melibatkan keberanian dan kreatifitas tinggi. Sangat-sangat patut diacungi jempol.

Sesungguhnya saya sendiri surprise dengan hasilnya! Ketika proses pembangunan berlangsung, saya hampir tidak berani berharap tentang hasilnya sebab sejak awal sudah berjanji untuk hanya membiarkan material-material itu bersolek sendiri, bukannya mengubah mereka untuk memuaskan keinginan hati. Itu sebabnya selama proses pembangunan, saya selalu menjaga kemurnian tekad itu. Ketika material diizinkan bersolek, mereka akan meng-inspirasi yang melihatnya lalu ruang pun terbentuk dengan sendirinya – Paulus Mintarga (dalam http://www.sabdaspace.org/node/10500)

Rumah rempah karya, sebuah karya bersahaja yang mengedepankan lokalitas. Seperti dikutip dari kata-kata sang arsitek,

Kalau kita bisa mengoptimalkan segala sesuatu berdasarkan semangat lokalitas dimana kita berada—dengan barang yang ada, dengan potensi yang ada, tentu akan bermanfaat bagi manusianya. Selain itu energi yang digunakan juga lebih sedikit, dampak terhadap lingkungannya otomatis ya… akan bagus. – Paulus Mintarga

Sesungguhnya konsep arsitektur hijau sangat luas—lebih dari sekedar bangunan. Arsitektur hijau merangkum keselarasan hidup manusia dengan alam. Di dalamnya juga termasuk pola pikir dan cara hidup. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk berarsitektur hijau. Pilihlah yang paling dekat dan sesuai dengan kemampuan kita.

Ohya, ngomong-ngomong tentang sampah, sudah pernah nonton “The Garbage Warrior?” Sebuah film tentang Michael Reynolds, arsitek yang dijuluki ‘Pendekar Sampah’. Cukup ekstrim memang, tapi seru… Recommended. Sangat. 🙂

PUSTAKA

http://www.blackxperience.com/index.php?page=events-detail&aeid=2411

http://archmagazine.blogspot.com/2011/10/hemat-energi-dengan-arsitektur-hijau.html

http://www.sabdaspace.org/node/10500

http://www.youtube.com/watch?v=0Ao8xBkKPTw

http://www.youtube.com/watch?v=erVkMAKmJKY

http://www.youtube.com/watch?v=QDp7yFmMhss

Foto diambil dari sini

Tagged , , , , , ,